Friday, October 18, 2019

Emak-Emak ke Gunung Ungaran


GUNUNG UNGARAN

Langkah kecil selanjutnya
2050mdpl

Bergaya anak muda๐Ÿ˜…, usia memang selalu bertambah, tapi ke-muda-an itu jangan sampai hilang๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

Perjalanan saat itu baru kami mulai sekitar pk. 15.00an via Base Camp Mawar.
Mulai Jalan dari Pos pendakian, kami temukan warung2 berderet, ada beberapa spot foto dan camping ground di seputaran itu. Ada banyak tenda kami jumpai. Cucok banget buat keluarga yang punya anak-anak kecil untuk pengenalan alam.

Kami persiapkan bekal n membeli beberapa botol air di warung.
Kami jalan sangat santai...melalui pos 1 Jalan masih datar2 saja, mendekati pos 2 ada sungai yg harus kami lewati, disini kita bisa ambil air bila mau. Air bening sejuk dan segar, kami berhenti di Pos ini ada 2 jalur, kalau kita ambil arah kanan maka akan melewati kebun teh, tapi kami sepakat memilih Jalur di belakang pos, yang menanjak (istilahnya potong kompas, Jalur lama๐Ÿ˜).
Jalur ini meski menanjak lumayan rindang, jadi nyaman...Saya seperti biasa tengak-tengok mungkin menemukan bunga Indah. Ternyata tidak kutemukan yg unik dan Indah.

Sepanjang jalan kami hanya ngobrol tertawa riang gembira, yang penting kami tetap ingat tujuan bersama...yaitu mau ke Puncak gunung Ungaran๐Ÿ˜, mau ngecamp, dan menikmati perjalanan dengan semua prosesnya bersama2.

Sampailah kami di Pos 3, berhenti sejenak lalu lanjut lagi, jalan menanjak tipis, kadang masih ketemu bonus jalan datar. Dari Pos 3 menuju pos 4 makin rindang (semoga hutan di gunung ini bisa tetap terjaga) dalam perjalanan ini kami masih menjumpai monyet loh (saudara tua Kita๐Ÿ˜) bersyukur habitat masih terjaga, tidak lama kemudian sampailah di Pos 4, ada shelter cukup besar, di Pos ini juga sering di buat ngecamp, terlindungi dari angin.

Perjalanan kami lanjutkan....daaan taraaaa, I like it ๐Ÿ˜๐Ÿ˜˜

Jalur mulai menunjukkan keasliannya...nanjak penuh batu besar, langkah mulai penuh kehati2an.

Terlihat dari kejauhan ada gundukan sedikit tinggi, hari mulai sedikit gelap (pastinya kemalaman start pk 15.00 estimasi yg ada di peta mmg 5 jam๐Ÿ˜Š)...kami pikir itu adalah puncaknya, Aaah ternyata bukan...itu hanya bayangan, di bukit ini bisa digunakan sebagai tempat ngecamp, bisa menampung cukup banyak Tenda.

Angin mulai terasa dingin, kabutpun ikut menghampiri. Kami tetap berjalan mencoba bertahan dg mata telanjang, karena senter2 belum kami keluarkan. Naik lagi...disini terdengar banyak obrolan dari pendaki...ternyata di bagian sebelah kiri itu tempat nenda mungkin bisa menampung lebih dari 10 tenda. Kami tidak bergabung dengan mereka, karena kami ingin ngecamp yg terdekat dg Puncak.

Perjalanpun kami lanjutkan, sempat juga kami bertanya2, puncaknya itu sebelah mana sih sebetulnya? Masih jauhkah? ๐Ÿ˜๐Ÿ˜ Karena gelap tidak tampak, belum pernah juga maka timbul banyak tanya efek lelah, dan ternyata tidak jauh 30 menit akhirnya kami sampai di tujuan.

Horeee sampai di Puncak, selamat untuk kami ber 4๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ˜๐Ÿ˜

Mungkin ada teman2 lain yg mampu mencapai dengan cepat dan tektok, karena bawanya daypack. Kami mah memang jalan seperti siput, menikmati senikmat2nya๐Ÿ˜„

Angin cukup kencang dan dingin, dengan segera kami buka tenda di depan tugu puncak, bebersih diri, makan bersama dan minum kehangatan eeh minum yang hangat-hangat sembari ngobrol penuh kehangatan.

Berjalan sejauh dan sesulit apapun.. bila kita sehati, sepikiran, saling membantu, saling menguatkan, tetap gembira maka yg terasa hanya indahnya dan perasaan bahagia.

Makasih untuk sahabat2 seperjalanan...yg selalu akan  kurindukan❤

Note :
Air lain bisa jg ditemukan di Jalur kebun Teh, tapi info Pendaki yg lewat Jalur itu bahwa airnya agak Hijau. Ternyata itu bukan sumber tapi bak tampungan air milik kebun Teh, jd persiapkan air dengan baik.

Yanni Krishnayanni

https://beritabuana.co/2019/09/14/catatan-perjalanan-sang-petualang-langkah-kecil-menuju-puncak-ungaran-2050-mdpl/


#pendakiperempuan
#indonesiaindah
#GunungUngaran
#sangpetualang



Renungan Argopuro

  Sabtu, 21 September 2019   Editor
Pendakian Gunung Argopuro/Yanni Krishnayanni
Lihatlah mereka, berjalan bersama dengan jalur dan rintangan yang sama pula, mungkin hanya beban yang berbeda tipis. Namun reaksi yang di berikan bisa sangat berbeda.
Kata teman saya ''Jare sopo munggah gunung enggak pegel.''
Jawab saya ''Yang di rumah!''
Siapapun yang pernah mendaki tentu tahu rasa pegel itu. Apa perlu diungkapkan? Justru nanti ada yang mengatakan ''Siapa suruh naik gunung?'' hahaha. Khan di rumah enak, tidur di kasur bersih pula, makan tinggal ambil ngapain repot, kurang gawe. 
Bahasan kali ini adalah tentang berbagai reaksi teman seperjalanan, ada yang ngomel sepanjang jalan, mengeluh tiada henti, ada yang cuman senyam-senyum, ada yang bikin onar, ada yang sukanya menyalahkan orang lain dan seterusnya dan seterusnya.
Padahal nih jalur yang dilalui sama, berat medan juga sama. Lalu apa yang membedakannya hingga keluar keluhan dan sejenisnya.
Ternyata tuh....., simple saja bahwa sebetulnya semua manusia di level apapun tidak akan lepas dari masalah. Yang membedakan hanyalah,
''Satu suka mengeluh dan yang satu diam.''
Nah....! Sama juga pada kehidupan sehari-hari kita, janganlah mendramatisir keadaan, seolah olah jadi orang yang paling menderita sedunia. Bersyukurlah atas apa yang ada, jangan suka iri nengok halaman tetangga tanpa berusaha. 
Hidup ini adalah anugerah yang terindah.
Yanni Krishnayanni
Salah satu Pendiri
Perkumpulan Swara Ibu Asah Bangsa Indonesia (SIABI). 

  Tag Terkait

   Ayo Bagikan!
31Shares
Ayo Respon
0
0
0
0
0
0
   KOMENTAR

Komentar